Untuk mengantisipasi semakin meluasnya kasus HIV-AIDS di Kabupaten Cirebon, Dinas Kesehatan menyiapkan 22 Klinik dan akan terus ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya kasus.
Pada tahun 2012 Dinas Kesehatan hanya mempunyai 1 Klinik Utama dan 1 Klinik Satelit serta 1 Rumah Sakit CST/PDP yaitu Puskemas Kedawung sebagai Klinik Utama dan Plumbon Satelinya seerta RSUD Waled sebagai Rumah Sakit untuk Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP). Namun Mulai tahun 2013 bertambah lagi menjadi 5 klinik yaitu dengan di setupnya Puskesmas Suranenggala, Ciledug dan Puskesmas Beber. Karena kasus terus meningkat maka pada awal akhir tahun 2013 mensetup lagi sebanyak 10 Klinik VCT dan 4 Rumah Sakit PDP, 1 Klinik Lapas sehingga pada akhir tahun 2014 mempunyai 22 Klinik, yang terdiri dari 16 Klinik di Puskesmas dan 5 di Rumah Sakit serta 1 layanan di Lapassustik Gintung.
Dari tahun ke tahun penemuanya semakin terus meningkat seiring dengan meningkatnya layanan Klinik Mobile ke Hotspot dan populasi kunci serta pemeriksaan kepada ibu hamil.
Penemuan kasus diawali sejak tahun 2000 (3 kasus) dan dalam waktu 10 tahun meningkat tajam menjadi 501 kasus serta akhir tahun 2014 sudah mencapai 973 kasus.
Adapun layanan yang tersedia yaitu Klinik VCT, Klinik IMS, Klinik Metadhon dan Rumah Sakit Rujukan untuk perawatan dukungan dan pengobatan. Untuk ARV tersedia di 3 Rumah Sakit yaitu, Arjawinangun, Waled dan Sidawangi serta satelit RS MItra Plumbon dan Pertamina Klayan.
Pencegahan pun terus dilakukan untuk menekan kasus infeksi baru melalui sosialisasi ke desa-desa dan juga melalui audio visual dengan sasaran kelompok risiko tinggi dan ibu hamil dengan tujuan memutus mata rantai penularan.
Read more...
Poster HIV-AIDS Thumbnail
Prevalency rate HIV Thumbnail
ARV, Dambaan ODHA Thumbnail
Rapid Test Thumbnail

Poster HIV-AIDS
Narkoba adalah salah satu pintu masuk HIV...More
Prevalence HIV
Jumlah HIV-AIDS terus berkembang...More
ARV dambaan ODHA
Sampai saat ini belum diketemukan obat untuk HIV-AIDS...More
Rapid Test
Dengan Rapid Test makin cepat deteksi Antibodi HIV...More
Tampilkan postingan dengan label ptrm dinas kesehatan kabupaten cirebon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ptrm dinas kesehatan kabupaten cirebon. Tampilkan semua postingan
Selasa, 31 Maret 2015
HIV-AIDS Tahun 2014 di Kabupaten Cirebon Capai 973 Kasus
Human Immunodeficiency Virus (HIV)terus ditemukan di Kabupaten Cirebon dari tahun 1990 sampai dengan akhir tahun 2014 sudah mencapai 973 kasus. Hal ini tentunya dengan melakukan pemeriksaan ke populasi kunci dan orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV. Kasus tahun 2014 sendiri ditemukan 199 kasus. Kasus pun masih di dominasi kaum laki-laki (65%)dan usia produktif (20-50th) 85%. Jika dilihat dari faktor risiko lebih dominan pada transmisi seksual (60%), pengguna narkoba suntik (35%) dan 4,5% melalui penularan lainnya serta penularan secara vertikal(ibu ke anak) 0,5%.
Tentunya dengan adanya kasus penularan secara vertikal ini, semua ibu hamil harus disarankan untuk tes HIV yang tentunya dengan melihat faktor resiko. Hal ini tetntunya sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor 129 Tahun 2013.
Bahkan dengan Permenkes Nomor 21 Tahun 2013, setiap ODHA harus diskreening TB dan setiap pasien TB harus ditawarkan untuk tes HIV. Dengan hal ini tentunya bertujuan untuk menurunkan beban TB pada ODHA dan sebaliknya.
Read more...
Kamis, 21 Februari 2013
Kumulatif Kasus HIV/AIDS Capai 637 Orang
Data kumulatif HIV/AIDS di Kabupaten Cirebon sampai dengan Tahun 2012
mencapai 637 kasus, hal ini ada kenaikan penemuan dari tahun 2011 (557
kasus) sebanyak 80 kasus. Tetapi harus diingat bahwa data ini adalah
fenomena gunung es, jadi yang diketemukan melalui layanan klinik VCT dan
mobile VCT, artinya masih ada beberapa kasus yang belum diketemukan.
Data ini terdiri atas dua bagian yaitu kasus yang betul-betul warga
kabupaten cirebon dan warga pendatang. Untuk kasus warga kabupaten
cirebon sebanyak 317 kasus dan sisanya luar warga kabupaten cirebon yang
ditemukan pada saat VCT.
Read more...
Selasa, 03 April 2012
Advokasi PTRM RSUD Waled Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Selasa (3/3) Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon mengadakan Advokasi
Program Terapi Rumatan Metadon atau lebih dikenal dengan istilah PTRM
bertempat di Meeeting Room Grage Hotel Cirebon yang dihadiri oleh Tim
PTRM RSHS Bandung, Tim Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kasat
Narkoba Polres Cirebon, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Sumber, Direktur
RSUD Waled, Tim PTRM RSUD Waled, Bagian Kesra, Camat dan Kuwu Waled
serta OPD terkait. Tak ketinggalan KPAD Kabupaten Cirebon, LSM
Wargasiaga, LSM Komunal, LSM PKBI serta perwakilan dari KDS.
“Program Terapi Rumatan Metadon di Indonesia adalah bagian dari upaya
nasional untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV-AIDS, yang
dikenal sebagai strategi pengurangan dampak buruk atau Harm Reduction“,
demikian kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon dr. Hj.
Endang Susilowati, MM. Lebih lanjut kata kepala Dinas mengatakan, “
Dengan Program Terapi Rumatan Metadon kepada pasien pengguna Napza
Suntik diberikan obat substitusi berupa Metadon Cair sehingga pasien
tidak mengalami gejala-gejala putus zat (sakaw), meskipun tidak
menyuntikkan Napza ke dalam tubuhnya lagi’.
Perlu kita ketahui bahwa gangguan adiksi/ketergantungan merupakan suatu “brain disease” sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif, dan berproses, karena suggest dan craving tidak bisa disembuhkan, sehingga prinsip terapi karena putaw adalah dengan terapi substitusi.
Metadon merupakan sintetik opioid, full agonist, masa kerja panjang dan diserap baik melalui oral, sehingga bilamana digunakan untuk terapi rumatan (maintenance) tidak menimbulkan eforia, sedasi atau efek analgesik.
Konsep tujuan PTRM adalah bukan terapi untuk menyembuhkan ketergantungan heroin, tetapi terapi ini membuat pola kebiasaan baru, kesempatan berfikir, bekerja, menimbang dan memilih bagi penggunanya tanpa kekuatiran akan terjadinya gejala putus heroin, dan membantu klien memutuskan hubungan dari lingkaran pengguna heroin, prinsipnya adalah adanya perubahan perilaku.
Manfaat terapi rumatan metadon adalah membuat stabil mental emosional kliensehingga dapat menjalani hidup normal, sehat, metadon lebih murah dari heroin, klien meninggalkan kebiasaan berbagi peralatan suntik sehingga dapat menurunkan resiko penularan HIV-AIDS dan Hepatitis C/B serta menurunkan tindak criminal.
Dengan advokasi ini semua steakholder menyambut gembira, dengan harapan angka penularan HIV-AIDS lewat jarum suntik dapat ditekan
Read more...
Perlu kita ketahui bahwa gangguan adiksi/ketergantungan merupakan suatu “brain disease” sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif, dan berproses, karena suggest dan craving tidak bisa disembuhkan, sehingga prinsip terapi karena putaw adalah dengan terapi substitusi.
Metadon merupakan sintetik opioid, full agonist, masa kerja panjang dan diserap baik melalui oral, sehingga bilamana digunakan untuk terapi rumatan (maintenance) tidak menimbulkan eforia, sedasi atau efek analgesik.
Konsep tujuan PTRM adalah bukan terapi untuk menyembuhkan ketergantungan heroin, tetapi terapi ini membuat pola kebiasaan baru, kesempatan berfikir, bekerja, menimbang dan memilih bagi penggunanya tanpa kekuatiran akan terjadinya gejala putus heroin, dan membantu klien memutuskan hubungan dari lingkaran pengguna heroin, prinsipnya adalah adanya perubahan perilaku.
Manfaat terapi rumatan metadon adalah membuat stabil mental emosional kliensehingga dapat menjalani hidup normal, sehat, metadon lebih murah dari heroin, klien meninggalkan kebiasaan berbagi peralatan suntik sehingga dapat menurunkan resiko penularan HIV-AIDS dan Hepatitis C/B serta menurunkan tindak criminal.
Dengan advokasi ini semua steakholder menyambut gembira, dengan harapan angka penularan HIV-AIDS lewat jarum suntik dapat ditekan
Langganan:
Postingan (Atom)