HIV-AIDS

 
Tampilkan postingan dengan label ptrm. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ptrm. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Maret 2015

Antisipasi Merebaknya Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Cirebon, Dinkes Siapkan 22 Klinik

0 komentar
Untuk mengantisipasi semakin meluasnya kasus HIV-AIDS di Kabupaten Cirebon, Dinas Kesehatan menyiapkan 22 Klinik dan akan terus ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya kasus. Pada tahun 2012 Dinas Kesehatan hanya mempunyai 1 Klinik Utama dan 1 Klinik Satelit serta 1 Rumah Sakit CST/PDP yaitu Puskemas Kedawung sebagai Klinik Utama dan Plumbon Satelinya seerta RSUD Waled sebagai Rumah Sakit untuk Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP). Namun Mulai tahun 2013 bertambah lagi menjadi 5 klinik yaitu dengan di setupnya Puskesmas Suranenggala, Ciledug dan Puskesmas Beber. Karena kasus terus meningkat maka pada awal akhir tahun 2013 mensetup lagi sebanyak 10 Klinik VCT dan 4 Rumah Sakit PDP, 1 Klinik Lapas sehingga pada akhir tahun 2014 mempunyai 22 Klinik, yang terdiri dari 16 Klinik di Puskesmas dan 5 di Rumah Sakit serta 1 layanan di Lapassustik Gintung. Dari tahun ke tahun penemuanya semakin terus meningkat seiring dengan meningkatnya layanan Klinik Mobile ke Hotspot dan populasi kunci serta pemeriksaan kepada ibu hamil. Penemuan kasus diawali sejak tahun 2000 (3 kasus) dan dalam waktu 10 tahun meningkat tajam menjadi 501 kasus serta akhir tahun 2014 sudah mencapai 973 kasus. Adapun layanan yang tersedia yaitu Klinik VCT, Klinik IMS, Klinik Metadhon dan Rumah Sakit Rujukan untuk perawatan dukungan dan pengobatan. Untuk ARV tersedia di 3 Rumah Sakit yaitu, Arjawinangun, Waled dan Sidawangi serta satelit RS MItra Plumbon dan Pertamina Klayan. Pencegahan pun terus dilakukan untuk menekan kasus infeksi baru melalui sosialisasi ke desa-desa dan juga melalui audio visual dengan sasaran kelompok risiko tinggi dan ibu hamil dengan tujuan memutus mata rantai penularan.
Read more...

Selasa, 03 April 2012

Advokasi PTRM RSUD Waled Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon

0 komentar
Selasa (3/3) Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon mengadakan Advokasi Program Terapi Rumatan Metadon atau lebih dikenal dengan istilah PTRM bertempat di Meeeting Room Grage Hotel Cirebon yang dihadiri oleh Tim PTRM RSHS Bandung,  Tim Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kasat Narkoba Polres Cirebon, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Sumber, Direktur RSUD Waled, Tim PTRM RSUD Waled, Bagian Kesra, Camat dan Kuwu Waled serta OPD terkait. Tak ketinggalan KPAD Kabupaten Cirebon, LSM Wargasiaga, LSM Komunal, LSM PKBI serta perwakilan dari KDS. “Program Terapi Rumatan Metadon di Indonesia adalah bagian dari upaya nasional untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV-AIDS, yang dikenal sebagai strategi pengurangan dampak buruk atau Harm Reduction“, demikian kata sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon dr. Hj. Endang Susilowati, MM. Lebih lanjut kata kepala Dinas mengatakan, “ Dengan Program Terapi Rumatan Metadon kepada pasien pengguna Napza Suntik diberikan obat substitusi berupa Metadon Cair sehingga pasien tidak mengalami gejala-gejala putus zat (sakaw), meskipun tidak menyuntikkan Napza ke dalam tubuhnya lagi’.
Perlu kita ketahui bahwa gangguan adiksi/ketergantungan merupakan suatu “brain disease” sehingga memerlukan penanganan yang komprehensif, dan berproses, karena suggest dan craving tidak bisa disembuhkan, sehingga prinsip terapi karena putaw adalah dengan terapi substitusi.
Metadon merupakan sintetik opioid, full agonist, masa kerja panjang dan diserap baik melalui oral, sehingga bilamana digunakan untuk terapi rumatan (maintenance) tidak menimbulkan eforia, sedasi atau efek analgesik.
Konsep tujuan PTRM adalah bukan terapi untuk menyembuhkan ketergantungan heroin, tetapi terapi ini membuat pola kebiasaan baru, kesempatan berfikir, bekerja, menimbang dan memilih bagi penggunanya tanpa kekuatiran akan terjadinya gejala putus heroin, dan membantu klien memutuskan hubungan dari lingkaran pengguna heroin, prinsipnya adalah adanya perubahan perilaku.
Manfaat terapi rumatan metadon adalah membuat stabil mental emosional kliensehingga dapat menjalani hidup normal, sehat, metadon lebih murah dari heroin, klien meninggalkan kebiasaan berbagi peralatan suntik sehingga dapat menurunkan resiko penularan HIV-AIDS dan Hepatitis C/B serta menurunkan tindak criminal.
Dengan advokasi ini semua steakholder menyambut gembira, dengan harapan angka penularan HIV-AIDS lewat jarum suntik dapat ditekan
Read more...